Serangan Siber 2020. Kaspersky memprediksi jenis-jenis serangan siber atau Advanced Persistent Threats (APT) yang mengancam dunia siber pada 2020 akan semakin canggih dengan spesifikasi target lebih berkembang.
Pertumbuhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengembangan dan penyebaran pembelajaran mesin, teknologi untuk pengembangan deep fake, atau kekisruhan di sekitar rute perdagangan antara Asia dan Eropa.
Serangan Siber 2020. Prediksi tersebut dikembangkan berdasarkan perubahan yang ditemui oleh Tim Riset dan Analisis Global Kaspersky selama 2019.
“Masa depan memiliki banyak probabilitas, sehingga mungkin masih ada hal-hal yang tidak termasuk dalam prediksi kami. Kompleksitas dan luasnya jangkauan serangan dilancarkan menawarkan begitu banyak kemungkinan,” kata peneliti keamanan di Kaspersky Vicente Diaz.
Dengan serangkaian prediksi ancaman industri dan teknologi berikut, diharapkan akan membantu mempersiapkan kita dalam menghadapi tantangan yang ada dalam kurun waktu 12 bulan mendatang.
Prediksi ancaman dengan target lain untuk tahun 2020 meliputi:
Ransomware bergeser ke arah ancaman yang ditargetkan.
Kemungkinan yang dapat terjadi alih-alih membuat file yang tidak dapat dipulihkan, para peretas justru mengancam akan mempublikasikan data yang telah mereka curi dari perusahaan korban.
Peraturan perbankan baru di Uni Eropa akan membuka vektor serangan baru.
Terdapat kemungkinan bahwa pelaku kejahatan siber akan berusaha untuk menyalahgunakan mekanisme baru ini dengan skema penipuan baru. Sebab bank yang saat ini diharuskan untuk membuka infrastruktur dan data mereka kepada pihak ketiga yang berharap dapat memberikan layanannya kepada para nasabah.
Lebih banyak serangan infrastruktur dan serangan terhadap target non-PC.
Para peretas telah memperluas perangkat mereka di luar Windows, bahkan di luar sistem PC, seperti VPN Filter dan Slingshot, sehingga peretas mulai menargetkan perangkat keras jaringan.
Serangan siber berfokus di tengah kawasan rute perdagangan Asia dan Eropa.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Ini termasuk pertumbuhan spionase politik di mana pemerintah berusaha untuk mengamankan kepentingan mereka baik di dalam maupun di luar negeri.
Kemungkinan besar serangan siber akan meluas juga ke teknologi spionase dalam situasi krisis ekonomi yang nyata dan berpotensi menyebabkan ketidakstabilan.
False flag attacks semakin merajalela.
Skema ini akan berkembang lebih lanjut, dengan aktor ancaman yang tidak hanya menghindari atribusi tetapi juga secara aktif meletakkan kesalahan pada orang lain.
Malware komoditas, skrip, alat keamanan yang tersedia untuk umum, atau perangkat lunak administrator, disertai dengan beberapa tanda palsu, di mana peneliti keamanan sangat haus akan segala bentuk petunjuk, yang mungkin cukup untuk mengalihkan kewenangan kepada orang lain.
Kemampuan intersepsi baru dan metode exfiltrasi data.
Penggunaan rantai pasokan akan terus menjadi salah satu metode pengiriman yang paling sulit untuk diatasi. Kemungkinan para pelaku kejahatan siber akan terus memperluas metode ini melalui wadah perangkat lunak yang dimanipulasi, dan penyalahgunaan paket dan pusat informasi.
Serangan siber seluler berkembang lebih cepat.
Tidak ada alasan masuk akal untuk berpikir ancaman ini akan berhenti dalam waktu dekat. Kaspersky yakin jumlah serangan yang teridentifikasi dan dianalisis secara rinci juga akan meningkat.
Penyalahgunaan informasi pribadi semakin meningkat, dipersenjatai dengan AI.
Serangan ini sangat mirip dengan beberapa teknik yang dibahas untuk mengarahkan iklan pemilu melalui media sosial. Teknologi ini sudah digunakan dan hanya menunggu waktu yang tepat hingga para pelaku kejahatan siber memanfaatkannya.