Perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di sektor edukasi dan kesehatan, akan menyandang status unicorn tahun ini. Hal tersebut diprediksi oleh Managing Director Digitaraya, Nicole Yap. Menurut dia, dua sektor startup itu saat ini tengah menjadi sorotan para investor.
Deputi Akses Permodalan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Fadjar Hutomo mengatakan permasalahan terbesar di Indonesia terkait masalah edukasi dan kesehatan. Maka dari itu, perlu adanya sokongan teknologi yang “apik” agar polemik ini bisa ditanggulangi dengan baik.
Kendati demikian, potensi menghasilkan startup unicorn pun tak hanya dari sektor edukasi dan kesehatan saja. Nicole dan Fadjar menilai masih ada berbagai kemungkinan startup dari sektor lain seperti digital payment (pembayaran digital) atau e-commerce.
Sebagai akselerator antara para pelaku startup dan investor, Digitaraya tidak hanya fokus pada pendanaan startup “besar” tetapi juga dengan perusahaan yang baru lahir agar mendapatkan dana dari investor demi menyokong inovasi dan perlahan bisa mendapatkan status unicorn.
“Akan ada industri startup yang akan unicorn tahun ini. Meski begitu, kami [Digitaraya] juga akan memfokuskan startup yang kecil untuk dapat menghasilkan solusi yang besar,” pungkas Nicole.
Eks Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019, Rudiantara sempat memprediksi akan ada tiga sektor bisnis yang akan menghasilkan perusahaan rintisan berstatus unicorn dengan nilai valuasi US$1 miliar.
Rudiantara mengatakan potensi pertama ada di sektor pendidikan. Aplikasi seperti Ruangguru dan Extramarks bisa dijadikan pilihan untuk pendidikan digital. Terlebih melihat tren pendidikan berbasis teknologi yang digandrungi siswa yang membutuhkan pendidikan tambahan di luar pendidikan formal.
Potensi kedua sektor yang bisa menghasilkan startup unicorn adalah kesehatan. Kesehatan berbasis digital seperti HaloDoc, Alodokter, hingga Dokter.id menawarkan layanan konsultasi daring dengan dokter.
Selain itu Rudiantara mengatakan APBN di sektor kesehatan mencapai angka Rp123,1 triliun. Oleh karena itu ia yakin perusahaan startup bisa menyerap APBN ini sehingga bisa menghasilkan unicorn
“Kedua health tech, kesehatan, karena 5 persen APBN kita belanja kesehatan,” ucapnya.