Microsoft mengalahkan Amazon dalam tender kontrak layanan cloud computing Pentagon senilai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 140 triliun. Kontrak ini akan bekerja sama dengan infrastruktur pertahanan atau Joint Enterprise Defence Infrastructure (JEDI) selama 10 tahun ini yang bertujuan untuk lebih unggul dalam teknologi di Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS).

Amazon terkejut dengan keputusan kontrak yang ditawarkan, tetapi akan mengevaluasi opsi untuk menanggapinya.

Dan Amazon diberi waktu 10 hari untuk mengajukan gugatan apabila tidak terima dengan keputusan tersebut.

Toni Townes-Whitley selaku Eksekutif Microsoft merasa bangga karena Microsoft sudah ditunjuk secara langsung oleh Departemen Pertahanan AS.

Sebelumnya Amazon dianggap unggul sebelum Presiden AS Donald Trump mengkritik proses tender yang memungkinkan berjalan tidak adil.

Juli lalu, Trump mengatakan kepada wartawan perihal Pentagon dan Amazon bahwa ia memperoleh keluhan dari perusahaan lain.

Keluhan tersebut yaitu tender yang dijalankan Pentagon dan diikuti oleh Amazon berjalan tidak adil dan membutuhkan proses yang lama.

Managing Dirctor and Equity Analyst Wedbush Securitieds Dan Ives berharap bahwa Amazon dan perusahaan lainnya menantang keputusan kontrak tersebut ke pengadilan.

Namun ia menyebutkan bahwa kemenangan tender cloud ini akan menjadi ‘pengubah paradigma’ bagi Microsoft sendiri.

“Langkah tersebut akan berakibat pada meningkatnya harga saham Microsoft yang signifikan dari tahun ke tahun dan akan membawa implikasi keuangan yang positif,” ujarnya.

JEDI merupakan proyek Departemen Pertahanan AS untuk mengganti jaringan yang lama ke layanan cloud tunggal.

Microsoft akan memberikan analisis berbasis kecerdasan buatan dan akan menjadi markas rahasia militer di antara perusahaan layanan lainnya selain cloud computing tadi.

Dan proyek ini diharapkan akan menjadi lebih baik dalam akses data dan cloud dari medan perang.