Perusahaan di Indonesia alami downtime lebih lama di banding negara lainnya saat menghdapi pelanggaran siber. Hal ini berdasarkan Cisco 2019 Asia Pacific CISO Benchmark Study, yang baru di rilis.
Menurut study tersebut Cisco, 19% dari perusahaan perusahaan di Indonesia mengalami downtime selama 24 jam atau lebih . Setelah terjadi pelanggaran terburuk dalam satu tahun terakhir.
Jumlah tersebut menunjukan bahwa perusahaan yang mengalami downtime selama 24 jam di Indonesia masih lebih banyak. Jika di bandingkan dengan perusahaan yang lain yang nada di tingkat global. Yang hanya 4 % dan tingkat Asia Pacific yang hanya mencapai 23%.
Peningkatan Presentase
Jumlah presentase yang dimiliki Indonesia ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun sebelumnya di 2018.
Untuk di tahun 2018 sendiri hanya 8 persen dari perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia yang mengalami downtime.
Studi yang berdaasarkan survei dari hampir 2000 profesional keamanan siber dari seluruh wilayah Asia Pasifik. Telah menggarisbawahi jika praktisi keamanan di Indonesia masih fokus pada hal hal lain.
Sementara itu menurut studi ini ada sebanyak 38 persen responden melaporkan bahwa mereka menemukan 10.000 ancaman per hari. Sementara 31 persen mengatakan mereka menerima lebih dari 50.000 peringata di setiap harinya.
Dengan banyaknya jumlah peringatan ini, tantangan yang sebenarnya adalah terletak pada apa yang terjadi setelah menerima pesan peringatan tersebut diterima. Berapa peringatan yang di selidiki dan berapa peringatan tersebut adalah ancaman asli yang membahayakan dan kemudian diperbaiki.
Kabar baiknya adalah perusahaan perusahaan di Indonesia memiliki kinerja yang daripada negara negara asia pasifik lainnya.
Menurut studi ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia menyelidiki 48 persen dari ancaman yang diterima, sedangkan di Asia Pasifik hanya 44 persen, sedangkan dari ancaman-ancaman yang diselidiki dan ternyata asli, sebanyak 41 persen telah diatasi.
Perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah bekerja lebih baik dalam memulihkan peringatan ancaman yang diterima dibandingkan dengan rata-rata perusahaan di Asia Pasifik yang hanya 38 persen.
Perusahaan-perusahaan Indonesia juga telah mengalami penurunan kerugian keuangan yang merupakan dampak dari pelanggaran siber.
Di antara responden, 24 persen dari mereka mengatakan pelanggaran terburuk yang mereka alami dalam satu tahun terakhir telah menelan biaya lebih dari satu juta dolar.
Hal ini menjadi penurunan yang besar di tahun lalu. ketika 54 persen perusahaan melaporkan dampak keuangan mereka yang mencapai satu juta dolar atau lebih.
Info menarik lainnya klik Disini