Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan alat peringatan dini tsunami, yaitu buoy tsunami generasi terbaru, sebagai upaya mitigasi. Hal ini sekaligus reduksi risiko bencana alam serta meminimalkan dampak yang ditimbulkan pasca-terjadinya bencana alam khususnya tsunami.
“Tahun ini, kami memasang empat Buoy tsunami dan dua alat deteksi tsunami berbasis kabel atau Indonesia Cable Based Tsunameter (Ina-CBT). Salah satu lokasi pemasangan Ina-CBT di lokasi sekitar Kawasan Gunung Anak Krakatau,” ungkap Kepala BPPT Hammam Riza seperti diberitakan, Rabu (11/12).
Buoy generasi 4
Beliau mengatakan, Kapal Riset Baruna Jaya III, akan membawa peralatan deteksi dini tsunami tersebut yang terdiri dari Buoy Generasi 4, Ocean Bottom Unit (OBU), Mooring Line dan Sinker dan peralatan pendukung lainnya.
“Empat buoy tsunami itu akan dipasang di perairan selatan Pulau Jawa, sedangkan dua kabel bawah laut atau Cable Based Tsunameter (CBT) akan dipasang di kawasan Gunung Anak Krakatau dan perairan Mentawai,” ujarnya.
Ia mengatakan, hal tersebut dilakukan karena BPPT berkomitmen untuk mendorong terwujudnya cita-cita pemerintah. Yaitu dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang dapat mengantisipasi bencana alam sejak dini.
“Ini satu inovasi teknologi kami di bidang kebencanaan sekaligus sebagai bentuk mitigasi dan reduksi risiko bencana, agar dapat mengurangi korban jiwa dan kerusakan harta benda apabila terjadi bencana alam,” kata Hammam.
Sudah ada sejak dulu
Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan sistem peringatan dini tsunami sebenarnya sudah ada sejak dulu di Indonesia, khususnya sejak peristiwa tsunami di Aceh.
Menurutnya, saat ini banyak buoy yang rusak atau dirusak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sehingga mengakibatkan sistem peringatan dininya tidak berjalan dengan baik.
“Oleh karena itu dalam Indonesia Early Warning System ini, kami perbaiki dengan membuat buoy baru dimana BPPT ditugaskan dan kebetulan BPPT bisa membuat versi yang diharapkan dapat mengurangi risiko perusakan, tapi dengan tetap menjaga kualitas, termasuk kecepatan,” umgkap beliau.
Ia menjelaskan, buoy generasi baru tersebut memiliki perbedaan dibandingkan dengan buoy yang lam. ,Sseperti dari segi bentuknya tidak menarik perhatian untuk dirusak dan dipergunakan secara tidak semestinya.
“Di buoy yang baru ini juga sudah dipertimbangkan hal-hal semacam itu sehingga potensi kerusakan menjadi lebih sedikit,” ujarnya.
Buoy sendiri merupakan sistem pelampung yang diletakkan di tengah laut untuk mendeteksi gelombang pasang dan tsunami. Buoy ini adalah salah satu opsi teknologi pendeteksi dini tercepat atas peluang terjadinya tsunami di wilayah Indonesia.
Info menarik lainnya klik Disini